logo sekolah almadinah tpi
Sekolah Al-Madinah Tanjungpinang

Membangun Generasi Qur'ani

Menu

Wadah Informasi seputar SIT Al-Madinah
Belajar Dari Hidup | Cerita Pendek Karya Guru

Tulisan Cerita Pendek (Cerpen) Yang Meraih Juara 2 Dalam Acara Memeriahkan Hari Guru Nasional 2022

Pagi ini aku sedikit jengkel pada putri kecilku, ketika ia terus memaksa minta diantarkan ke sekolah sementara suhu tubuhnya cukup tinggi, dengan batuk yang kian parah menurutku. “adek mau sekolah umi, ayo..ayo umi antarkan adek” ku hidupkan sepeda motor ku dengan terburu-buru karena terlalu lama menunggunya menggunakan jaket yang baru dibelikan ayahnya tadi malam. Sambil mengendarai sepeda motor ku lirik wajah mungilnya yang begitu menggemaskan, namun pagi ini cukup menjengkelkan bagiku. Bukannya emosi namun aku begitu khawatir jika harus membiarkannya sekolah dengan kondisi demam seperti itu.

Setelah sekitar dua puluh menit diperjalanan akhirnya sampai juga di sekolah putriku, dia turun dengan begitu bersemangat namun sambil menahan batuknya. “cium tangan umi dulu nak, dan hati-hati naik tangganya ya” “Iya umi” kuperhatikan langkah-langkah mungilnya menaiki tangga sekolah yang tidak terlalu tinggi. Dia memang tidak pernah mau jika diantarkan ke kelasnya, katanya adek sudah cukup besar tidak perlu diantar sampai ke kelas. Ya begitulah putriku cukup keras kepala sepertinya. Ketika aku akan menghidupkan kembali sepeda motorku terdengar suara dering handphone menunda niatku untuk pulang. “Assalamualaikum, iya bu. Masih di sekolah Putri bu, iya tadi malam Putri demam tapi ini mau tetap sekolah” lancar lisanku mengadu pada ibuku di handphone, yang disambut dengan derai tawa ibuku di seberang sana. “heheheheh, bukannya itu memang menurun dari uminya, keras kepalanya, semangatnya kalau untuk sekolah”

Setelah satu jam lebih berbicara dengan ibuku lamunanku kembali ke masa-masa dulu, ketika aku masih seorang gadis yang baru saja tamat dari bangku kuliah. Mungkin aku bukanlah gadis yang sangat pandai, namun seluruh adik-adikku dapat membaca berkat didikan dariku. Sejak kecil ibu ku tak pernah ikut campur pada aktivitas-aktivitas sekolahku, dari pertama mendaftarkan diriku di sekolah dasar hingga selesai pendidikanku. Ayahlah yang memiliki peran penting dalam pendidikanku, aku sangat ingat ketika hari pertama ayah membawaku untuk mendaftar sekolah aku menggunakan baju kuning yang sangat terang sekali serta begitu mengembang. Ku langkahkan kaki mungil ku berusaha untuk menyamai derap langkah ayahku. “uhuhh…ayah jangan terlalu cepat berjalannya” pinta dari mulut mungil ku yang disambut anggukan kepala oleh ayahku, serta senyum manisnya yang disertai kumis tipis yang selalu dipelihara ayah. “lalalalalalalalalalalalalalala” setelah sedikit pelan baru dapat ku senandungkan nada-nada kecil sambil mengiringi langkah ku.

Iya ayah merupakan sosok yang selalu hadir di masa-masa kecilku serta memiliki peran yang sangat penting, sementara ibu memang tidak mengerti sama sekali karena memang mengambil peran hanya sebagai ibu yang memahami pekerjaan rumah tangga saja.. Bahkan dulu hubunganku dengan ibu mungkin sedikit sulit ku jelaskan. Aku seperti tidak dapat memahami mengapa ibuku tidak seperti madrasah pertamaku dalam hal-hal pendidikan. Aku belajar membaca dari ayah, belajar banyak hal juga dari ayah. Bahkan ayahlah yang menjadi motivasiku untuk maju. Kadang ibu selalu mengatakan anak perempuan itu tidak perlu belajar tinggi-tinggi dan tidak juga harus punya cita-cita yang tinggi. Menurutku dulu ibuku tidak mengenal yang namanya Raden Ajeng Kartini yang memperjuangkan emansipasi wanita untuk mendapatkan pendidikan setara dengan kaum laki-laki.

Ya iyalah ibuku taunya hanya bumbu dapur, mencuci dan senantiasa sabar setiap hari. Ya ibu sangat sabar menurutku dengan kodrat sebagai wanita yang memiliki pemikiran yang sangat kuno, atau mungkin memang ditanamkan secara turun temurun dari nenek moyang zaman ke zaman kalau pendidikan itu hanya untuk kaum laki-laki sehingga ketika ku ungkapkan keinginanku untuk kuliah ibu secara spontan menolak. “Kamu perempuan Ranti, kita tidak ada biaya untuk impianmu yang terlalu tinggi”

Dengan susah payah ku bujuk ayahku agar aku bisa melanjutkan ke perguruan tinggi, dan ayah hanya mengucapkan beberapa kalimat yang memang membutuhkan pemikiran serta perjuangan dariku sendiri. “jika kamu ingin tetap kuliah, ayah hanya mampu membiaya diawal saja untuk pendaftaran dan biaya semester di awal, selebihnya kamu harus bisa sendiri” apa yang ayahku ucapkan memang hampir sama dengan ibuku, namun minimal ada izin aku boleh untuk kuliah, cukuplah bagiku hal tersebut membuat langkah awal bagi impianku, untuk menjadi wanita yang mandiri. Karena aku ingin ketika aku memiliki anak mereka bisa belajar banyak hal dariku.

Penuh perjuangan ku selesaikan kuliahku, jika hampir seluruh angkatan ku menyelesaikan kuliah tidak sampai lima tahun, aku justru hingga delapan tahun, ya cukup lama memang, karena aku harus membuktikan jika aku harus bisa sendiri. Iya kuliah sambil bekerja. Aku bukan tidak memahami materi perkuliahan namun yang justru parahnya aku hampir sering sekali tidak masuk kuliah karena waktu kuliahku selalu berbenturan dengan jadwal lembur tempat ku bekerja. Bahkan pernah namaku dicari-cari oleh dosen karena hanya masuk diawal, tengah dan ketika akan ujian saja. Malu sekali tentunya. Tapi apa boleh buat, apa yang bisa kulakukan begitulah jika aku ingin tetap mewujudkan impianku. Aku harus mendapatkan pendidikan yang cukup namun juga harus berjuang demi membiayai pendidikanku.

Alhamdulillah akhirnya dengan melalui perjuangan yang begitu panjang selesai juga apa yang ku impikan, dan memang aku satu-satunya anak dari ayah dan ibuku yang dapat melanjutkan pendidikan hingga bangku kuliah, semua adik-adik dan abangku hanya sampai sekolah menengah atas saja. Dengan sebab yang sama tentunya biaya, iya pendidikan memang mahal, apalagi pemikiran ibuku juga sungguh sangat kuno, alhasil adikku yang paling kecil setelah tamat sekolah, cita-citanya hanya ingin menjadi seorang ibu rumah tangga. Ya ampun ternyata visi dan misi ibuku menurut pada adikku. Ya apa boleh buat memang hubungan adikku dengan ibu sangat dekat sekali, mungkin karena dia anak bungsu sehingga melekat sekali sosok ibu baginya. Tidak seperti aku yang ingin selalu berbeda dan mandiri. Bahkan setelah menikahpun aku tinggal di kota yang cukup jauh dari kampong halamanku, agar aku lebih kuat memahami hidup ini dan tidak bergantung kepada orang tua.

Setelah menikah dan memiliki anak baru perlahan aku dapat memahami ibuku, mengapa begitu kuno dan hanya taunya pekerjaan wanita yang umum dan kuanggap tidak menarik untuk ku kerjakan. Ternyata sebagai seorang wanita bukan hanya pendidikan saja yang dibutuhkan namun hal-hal seperti itu juga diperlukan agar aku enjadi wanita yang sempurna untuk anak-anakku. Iya wanita dan ibu yang sempurna karena ketika aku hanya memikirkan pendidikan dan menjadi wanita mandiri, tidak semua laki-laki dapat memahami terlebih mantan suamiku, yang memutuskan bercerai denganku karena aku tidak memiliki rasa keibuan menurutnya atau beda prinsip dalam memahami makna berumah tangga, ya apapun itu aku pun tidak terlalu memahami. Namun kini aku berjanji pada diriku, bahwa putri kecilku harus mendapatkan pendidikan yang terbaik dengan segala kekuatan yang ku miliki saat ini. Aku bergegas menghapus sedikit riak air yang membasahi pipiku, dan ku hidupkan kembali sepeda motorku untuk segera menuju ke tempat kerjaku.

Dari kejauhan melalui kaca spion motor ku lirik pintu kelas putri kecilku, sambil mengucapkan sebait doa untuknya, semoga Allah SWT segera memberikan kesembuhan pada Putriku, dan perlahan rasa syukur juga kupanjatkan dengan segala semangat yang ada pada putriku.

0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest
0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments
0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x
logo ra almadinah

RA AL-MADINAH

Unit Pendidikan Untuk Anak Usia Dini (Umur 4 - 6 Tahun)
Link ini tempat untuk Guru, Tendik, dan Wali Murid Aktif RA Al-Madinah
Log In
logo sdit almadinah

SDIT AL-MADINAH

Unit Pendidikan Untuk Anak Usia 6 Tahun Ke Atas
Link ini Tempat untuk Guru, Tendik, dan Wali Murid Aktif SDIT Al-Madinah
Log In
logo smpit

SMPIT AL-MADINAH

Unit Pendidikan Untuk Siswa Tamatan Sekolah Dasar
Link Ini Tempat Untuk Guru, Tendik, dan Wali Murid SMPIT Al-Madinah
Log In
logo ra almadinah

RA AL-MADINAH

Unit Pendidikan Untuk Anak Usia Dini (Umur 4 - 6 Tahun) - Klik Aja!
Link ini Tempat Untuk Guru, Tendik, dan Wali Murid Aktif RA Al-Madinah
Log In
logo sdit almadinah

SDIT AL-MADINAH

Unit Pendidikan Untuk Anak Usia 6 Tahun Ke Atas - Klik Aja!
Link ini tempat untuk guru, tendik, dan wali murid aktif SDIT Al-Madinah
Log In
logo smpit

SMPIT AL-MADINAH

Unit Pendidikan Untuk Siswa Tamatan Sekolah Dasar - Klik Aja!
Link ini tempat untuk guru, tendik, dan wali murid aktif SMPIT Al-Madinah
Log In
Menu
Tetap Terhubung
Untuk Desktop & Tablet
logo sekolah almadinah tpi
0813 8677 1711

Kontak Humas Al-Madinah

0852 7234 4533

Kontak TKIT Al-Madinah

0813 7214 7534

Kontak SDIT Al-Madinah

0822 6708 5398

Kontak SMPIT Al-Madinah

0822 8313 7583

Kontak Unit Usaha Al-Madinah

Media Sosial Kami